POSITIVE LANDING, LANGKAH PREVENTIF TERHADAP SEBUAH INSIDEN
Apa yang ada di benak Anda ketika Anda duduk sebagai penumpang di pesawat lalu ketika proses pendaratan di mana roda-roda pesawat menyentuh landasan pacu ,terasa menghentak, keras ataupun bergoncang lebih hebat ketimbang pendaratan di penerbangan-penerbangan Anda sebelumnya? Tentunya hal tersebut berpotensi membuat Anda terkejut, takut dan khawatir bahkan kesal hingga memberi kesan bahwa sang pilot saat itu tidak memiliki kecakapan dalam mendaratkan pesawat sehingga membuat goncangan seperti itu. Sebagian penumpang mengeluhkan dengan meragukan akan kepiawaian pilot yang bekerja di maskapai tersebut dengan mengeneralisir kecakapan terbang mereka. “Kalau terbang dengan A tidak seperti B, mendaratnya mulus”, begitu penggalan komentar yang kerap terdengar. Mereka pun melanjutkan dengan pengalaman terbang dengan maskapai C, D, E dan seterusnya. Sebagian bahkan mengumpat dan memaki. Meskipun hal tersebut hanya timbul dari sebagian pengguna transportasi udara saja, fenomena ini sulit untuk dibantah. Tahukah Anda bahwa pendaratan yang terasa “sedikit keras” itu mungkin saja menyelamatkan Anda, anggota keluarga Anda bahkan puluhan hingga ratusan jiwa lainnya? Ya, termasuk keselamatan pilot don kopilot itu sendiri.
Hentakan ketika touchdown, saat ketika roda-roda pesawat menyentuh landasan pacu, merupakan momen krusial dari keberhasilan pilot dan kopilot melakukan keseluruhan penerbangan. Akan tetapi proses pendaratan yang terasa lebih menghentak tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Positive landing adalah istilah yang digunakan untuk proses pendaratan di atas – yang dilakukan pilot untuk meminimalkan insiden atau bahkan kecelakaan serius. Hal tersebut dilakukan tentunya berdasarkan kecekatan dan profesionalisme pilot yang terlatih dan teruji.
Faktor pertama dan dominan namun bukan satu-satunya adalah faktor cuaca. Ketika landasan basah maka hydroplaning atau aquaplaning berpotensi menyebabkan konsekuensi serius. Lalu apa ituhydroplaning atau aquaplaning?
Bayangkan ketika Anda sedang mengendarai mobil Anda. Ketika permukaan jalan digenangi air, maka ketika Anda melintasi genangan tersebut maka Anda akan mengalami gangguan kendali yang langsung terasa melalui stir Anda. Sensasi tersebut bisa beragam, mulai dari “melayang”, “membanting”, atau seakan-akan arah kendaraan Anda berubah mendadak. Tidak hanya itu, efek rem pun berkurang atau setidaknya terganggu. Hal tersebut terjadi karena roda kendaraan tidak menyentuh permukaan aspal sehingga kendali tidak optimal. Demikian halnya ketika seorang pengendara motor berada di kondisi yang sama. Bahkan, hal tersebut lebih beresiko bagi pengguna sepeda motor karena gangguan keseimbangan yang bertumpu hanya di kedua roda jauh lebih terasa.
Meskipun terdapat perbedaan besar dan mendasar, deskripsi di atas sedikit banyak menggambarkan bagaimana efek dari pendaratan pesawat di atas landasan pacu yang basah. Ketika kontak roda terhalang dari permukaan landasan oleh lapisan air, friksi yang dihasilkan karena lebih kecil ketimbang landasan yang kering yang akan menyebabkan berkurangnya efisiensi rem. Terlepas dari bantuanspoiler dan thrust reverser (gaya dorong mesin berlawanan arah untuk mengurangi kecepatan ketika mendarat di landasan pacu), kondisi landasan pacu yang basah dapat menyebabkan konsekuensi serius. Terdapat dua jenis hydroplaning. Yakni: Dynamic Hydroplaning dan Viscous Hydroplaning. Keduanya bisa saja terjadi bersamaan, namun yang menjadi fokus penelitian para praktisi aviasi adalahDynamic Hydroplaning, yang merupakan tipe yang paling kritis di mana permukaan roda pesawat tidak langsung menyentuh permukaan landasan pacu karena genangan air atau lapisan es yang mengakibatkan kurangnya koefisiensi pengereman.
Salah satu contoh kecelakaan akibat hydroplaning adalah penerbangan American Airlines 331. Pada tanggal 22 Desember 2009, pesawat Boeing 737-800 American Airlines N977AN dengan nomor penerbangan 331 tidak dapat berhenti sempurna dan menerobos hingga melampaui runway 12 di Norman Manley International Airport, Kingston Jamaika, yang mengakibatkan 92 korban luka-luka.
Seluruh pesawat jet sipil modern sudah dilengkapi dengan beberapa sistem pengereman sepertiSpoiler/Speedbrakes, Thrust Reverser dan Wheel Brakes, walaupun ada beberapa jenis pesawat yang tidak memiliki ketiga sistem tersebut sekaligus.
Cara berpikir yang perlu ditanamkan adalah, para penerbang yang bertanggung jawab atas ratusan keselamatan penumpang adalah para praktisi aviasi yang terlatih dan professional. Bukan hanya dibekali ilmu tentang dasar-dasar aviasi yang luas saja, namun yang terpenting adalah kelayakan dan kompetensi para pilot dalam menerbangkan jenis pesawat tertentu, atau disebut juga type rating. Sebagai tindakan profesional melalui kompetensi dan jam terbang yang dimiliki oleh penerbang,positive landing adalah sebagian langkah yang diambil berdasarkan kecekatan dan kepiawaian(airmanship) seorang pilot terlatih dan bersertifikat agar memastikan para penumpang tiba di rumah dengan pengalaman terbang yang menyenangkan.
No comments:
Post a Comment