Saturday, March 9, 2013

Twin Otter Sang Armada Perintis


Twin Otter Sang Armada Perintis



Siapa tak kenal Twin Otter?Begitu julukan populer untuk sebuah jenis pesawat udara yang sangat-sangat populer di daerah-daerah yang masih terisolir. Masyarakat yang tinggal di wilayah seperti di Papua, Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara Timur, atau Kepulauan Sangir Talaud tentu tidak akan pernah lupa akan jasa baik pesawat udara kecil berdaya angkut 18-20 penumpang itu. Begitu lincah dan tangguhnya pesawat udara ini melayani operasi di area dataran rendah berawa-rawa ataupun area penuh lekuk liku pegunungan dengan kondisi cuaca yang beragam dan terkadang ekstrim. Pesawat udara ini juga tidak manja, ia mau dan mampu mendarat dan lepas landas pada kondisi landas pacu yang seadanya. Ada dataran berupa lapangan rumput sepanjang 600-an meter pun jadilah sebagai tempat untuk mendarat atau lepas landas. Benar, memang pesawat udara ini termasuk dalam jenis STOL (short take-off landing) aircraft.Gambar di samping ini adalah pesawat udara Twin Otter milik maskapai Aviastar Mandiri yang sedang loading-unloading muatan di Bandara Nabire Papua.


Diluar kehandalan pesawat udara ini, barangkali juga terdengar beberapa kali kecelakaan yang dialami oleh jenis pesawat udara ini.Ya, ini tak terlepas dari penugasan penerbangan keperintisan serta upaya menjelajahi daerah-daerah sulit yang terkadang berbagai faktor tak diperhitungkan sebelumnya.Tragedi Twin Otter yang pernah menjadi cerita haru-biru yang kuingat adalah tragedi jatuhnya Twin Otter di pegunungan Tinombala di Sulawesi Tengah.Betapa gigih perjuangan para korban yang masih selamat dari kecelakaan pesawat udara itu untuk dapat bertahan hidup.
Nama teknis pesawat udara ini sebenarnya adalah DHC-6 Twin Otter. DHC singkatan dari De Havilland Canada yang merupakan nama pabrik pembuat pesawat udara yang bermarkas di Kanada. Angka 6 menunjukkan seri ke-6 dari rumpun pesawat kecil yang dibuatnya, sedangkan nama Twin Otter nampaknya merujuk pada 2 buah mesin turbopropeler yang dicangkokkan pada sayap yang menggantung di atas badan pesawatnya. Pabrik pembuat pesawat De Havilland Canada tersebut kalau tidak keliru sekarang sudah diakuisisi oleh raksasa pembuat pesawat dari Amerika Boeing Corporation dengan nama Boeing Canada. Produk-produk terusan yang dibuat oleh pabrik Boeing Canada tersebut antara lain adalah DASH8 yang di Indonesia seperti yang dioperasikan Wings Air, dan CRJ series (pesawat jet regional berkapasitas 70-80an penumpang).


Keunggulan dan kehandalan pesawat jenis DHC6 Twin Otter tampaknya memang sudah tidak diragukan lagi baik untuk penerbangan-penerbangan sipil berjadwal maupun tidak berjadwal, penerbangan umum (general aviation), penerbangan dinas sipil (survei pemotretan udara, SAR, dinas meteorologi, ambulance udara, dlsb), maupun penerbangan dinas militer (misi pengintaian atau patroli). Merpati Nusantara Airline, salah satu maskapai penerbangan nasional telah mempergunakan jenis pesawat ini sejak era 70-an sampai sekarang di wilayah-wilayah terisolir di Kawasan Timur Indonesia. Memang untuk Kawasan Barat Indonesia, tampaknya jenis pesawat udara ini sudah tidak banyak dioperasikan.
Spesifikasi teknis pesawat udara DHC 6 Twin Otter adalah sebagai berikut (Jane’s Aircraft Specification Book dan Wikipedia) :
Technical Drawings:

Orthographically projected diagram of the de Havilland Canada DHC-6 Twin Otter.
Spesifikasi (DHC6-300):
  • Kru: Minimum 1 orang kru, umumnya 2 orang kru. (Pramugari musti ada dalam penerbangan jikalau jumlah penumpang lebih dari 19 orang)
  • Kapasitas: 19 or 20 passengers(penumpang)
  • Panjang Badan Pesawat (length): 51 ft 9 in (15.77 m)
  • Lebar Sayap (Wingspan): 65 ft (19.8 m)
  • Tinggi (Height): 19 ft 6 in (5.9 m)
  • Wing area: 420 ft² (39 m²)
  • Berat Kosong (Empty weight) : antara 7,000 lb (3,200 kg) dan 8,000 lb (3,628 kg)
  • Bobot  Maksimum saat Lepas Landas (Max takeoff weight): 12,500 lb (5,670 kg)
  • Mesin (Powerplant):Pratt & Whitney PT6A-27turboprop engines, 620 hp – 680 hp (460 kW – 507 kW) each
Performa:

Gambar di sebelah kiri berikut adalah DHC6 Twin Otter yang sedang berputar di sekitar bandar udara Frans Kaisiepo Biak.Sedangkan gambar berikutnya adalah ketika lepas landas meninggalkan bandar udara di Nabire.


Meskipun saat ini memang sudah semakin berkurang populasi Twin Otter yang beroperasi di langit Indonesia, namun sebenarnya kebutuhan armada udara sekelas Twin Otter ini masih sangat diperlukan, utamanya untuk penerbangan komuter di Kawasan Timur Indonesia. Kabarnya PT Dirgantara Indonesia (dahulu IPTN) sedang mengembangkan pesawat udara yang sekelas dengan Twin Otter yang dikenal nama N-219. Kapan tahun keluar produksinya kita tunggu saja.

No comments:

Post a Comment